Hari ini hari kedua pelaksanaan penelitianku. Aku meneliti tentang pasien hemodialisis. Hemodialisis atau cuci darah, padanan katanya. Aku bakal bercerita sedikit tentang pasien-pasien ini. aku lebih senang menuliskan mereka sebagai para survivor. Kenapa? Karena berbagai macam cobaan, perasaan yang mereka lalui untuk bisa survive. Cuci darah itu tidak mudah seperti yang pertama kali aku bayangkan. Kan tinggal ke rumah sakit, beberapa jam, terus pulang. Beres kan. Tidak, tidak segampang itu. Cuci darah itu kronis, seumur hidup kecuali kalau transplantasi ginjal. Transplantasi ginjal sendiri sulit, juga repot.
Para survivor ini, dari hasil ngomong-ngomong, sebagian besar melewati fase denial yang penuh perasaan tertekan. Kenapa harus diberi sakit seperti ini. kenapa harus cuci darah seumur hidup. Kenapa dan kenapa terus muncul. Tetapi seiring berjalannya waktu, biasanya antara 6-10 bulan, sebagian besar dari mereka sudah bisa menerima kenyataan hidup. Enjoy saja, lakukan apa yang bisa dilakukan. Beberapa melepas pekerjaan tetap, beberapa tetap beraktivitas seperti biasa. Beberapa terlihat lemas sekali, beberapa malah terlihat semangat sekali.
Hari ini aku bertemu Ibu Murni. Aku sangat terkesan dengan sosok beliau. Beliau berumur 64 tahun. Saat aku lihat pertama kali, beliau sedang menutup mata sambil dibalut sarung kuning. Aku ganggu sebentar karena sepertinya beliau ini bersahabat.
Aku : “Selamat siang Bu. Saya Olivia. Saya ada penelitian. Nah, penelitian ini butuh bantuan ibu. Boleh ya bu?”
Ibu : “Iya, tidak apa-apa, nak.”
Aku lanjutkan dengan informed consent. Kemudian mewawancarai beliau. Ternyata beliau adalah seorang petani dari gresik. Bila dibandingkan dengan pasien-pasien yang lain, aku rasa beliau itu keluhannya sangat minimal. Tidak mudah capek, sering merasa bahagia, mensyukuri, aktivitas tetap dilakukan seperti biasa.
Ibu Murni : “ Iya, saya kan petani. Harus kuat cangkul, tani, apalagi pas panen, nak”
Aku : “ iya bu, saya juga baru pertama bertemu petani secara langsung di rumah sakit. Ibu masih kuat ya.. hebat bu”
Ibu murni hanya tersenyum. Bagi ibu Murni, melakukan pekerjaan tani saat sakit itu bukan hal yang luar biasa. Biasa-biasa saja. Nothing special. Ataukah tidak mudah capek merupakan keharusan bagi seorang petani? Idk.Padahal, sebagian besar pasien cuci darah mengeluhkan cepat lelah bahkan ada yang sampai tidak melakukan apa-apa sehari-harinya. Cuma nonton televisi, santai. Ini tidak salah, karena dengan sakit seperti itu memang butuh istirahat yang banyak.
Hidup tetap berjalan, walau kita terhenti sebentar ditengahnya. Jadi, tetaplah berjalan atau malah berlari menyusulnya :)